Berkunjung Ke Toko Kaset Legendaris di Pare

toko kaset Arika

Masih teringat jelas dalam ingatan saat saya merengek meminta kepada Ibu untuk ikut berbelanja. Tentu karena ada maksud tertentu. Saya meminta untuk dibelikan kaset; Jamrud album Ningrat dan satu lagi saya menentukan pilihan saat berada di toko kaset, pilihan saya adalah Boomerang album Best Ballads of Boomerang. Saat itu saya masih SD, tidak berpikir sama sekali kalau musik bisa menambah tingkat kekerenan pada lelaki. Yang ada hanyalah suka dan bahagia, ditambah bumbu-bumbu komporan kakak saya yang saat itu sudah memasuki masa puber, karena siapa pun yang dibelikan, itu milik kita bersama.

Dari situlah, jika ada band atau album baru yang meledak, saya pasti merengek kepada Ibu untuk ikut berbelaja, dan pada saat pulang minta untuk dibelikan kaset. Sampai pada akhirnya berkunjung sendiri, tentu dengan meminta uang dari Ibu, untuk membeli kaset. Toko kaset menjadi tempat yang akrab bagi saya. Salah satu toko kaset yang paling sering saya kunjungi adalah toko kaset Arika.

Setelah belasan tahun silam, ingatan tersebut masih tersimpan. Bahkan beberapa waktu lalu muncul ke permukaan saat saya melewati toko kaset Arika yang terletak di Jalan WR. Supratman atau yang lebih dikenal dengan Jalan Raya oleh masyarakat Pare. Seketika saya membelokkan setir sepeda motor 180 derajat, mlipir, kemudian mampir.

Aroma aspal yang basah selepas dicumbu hujan masih tercium saat Pak Sur—pemilik toko kaset Arika mempersilakan saya masuk. Saya langsung membuka obrolan mengenai niat saya untuk menggali cerita seputar toko kaset yang beliau dirikan ini. Beliau langsung menimpali dengan tawa seraya membuka ceritanya.

Bermula dari hobinya mendengarkan musik dan mengoleksi kaset, Pak Sur, di tahun 1982 bersama seorang saudaranya mendirikan toko kaset yang kala itu diberi nama Audio. Toko ini terletak di Jalan Raya, hanya berupa sebuah kios kecil. Dari kios kecil inilah beliau memulai perjalanannya dalam dunia bisnis kaset. Namun, karena satu dan lain hal akhirnya ia pecah kongsi, dan mendirikan toko kaset Arika. Nama Arika diambil dari nama anak pertamanya yang saat itu masih baru menjadi penghuni bumi.

Sangat menarik mendengarkan cerita Pak Sur mengenai dunia musik dan kaset saat itu. Hampir tiap malam kiosnya ramai digeruduk anak muda pecinta musik. Mereka berdiskusi, saling berbagi pengetahuan mengenai musik, membincangkan band-band atau lagu-lagu yang dianggap menarik.

Musik saat itu bukan hanya nada-nada untuk mengiringi sebuah aktivitas, ngopi, misalnya. Tapi musik menjadi tujuan para pemuda di toko kaset tersebut sebagai sebuah menu untuk disantap dan diperbincangkan. Pak Sur menyediakan pemutar musik dan beberapa kaset yang bisa dinikmati pemuda-pemuda tersebut. “Mereka akan bergerumbul, semua diam, berkonsentrasi menikmati setiap suara yang keluar saat musik diputar” jelas Pak Sur saat menggambarkan anak-anak muda yang nongkrong di tokonya saat itu.

Mendengar cerita tersebut, saya menyimpulkan bahwa salah satu kunci kesuksesan Pak Sur dalam berbisnis kaset adalah karena pergaulannya anak-anak muda yang nongkrong di tokonya tersebut. Tak jarang ia mendapatkan informasi-informasi terbaru mengenai dunia musik dari anak-anak muda yang nongkrong di tokonya tersebut. Sehingga ia selalu update, dan bisa langsung bisa menyediakan kaset-kaset yang sedang diinginkan pecinta musik di Kediri, khususnya Pare.

Relasinya dengan orang-orang perbisnisan kaset di Ibu Kota juga sangat menunjang untuk mendapatkan informasi-informasi terbaru, serta mendapatkan stok-stok kaset yang sedang ramai di pasaran. Bahkan bisa diakatakan untuk wilayah Kediri, Pak Sur selalu menjadi yang pertama mendapatkan kaset-kaset terbaru untuk didistribusikan ke telinga para pecinta musik.

Di tahun-tahun itu, di Pare, ada beberapa toko kaset. Salah satunya adalah Gelora yang terletak di Jalan Kandangan, dan ada satu lagi, sayangnya, Pak Sur lupa nama tokonya. Tapi di antara toko-toko tersebut sudah tidak bisa kita temukan lagi puing-puingnya, hanya toko kaset Arika yang masih bisa kita jumpai, meskipun hanya tinggal jejak-jejak kejayaannya.

Pak Sur memilah beberapa CD yang masih banyak diburu
Pak Sur memilah beberapa CD yang masih banyak diburu

Semenjak gelombang pembajakan CD, VCD, dan MP3 merebak di masyarakat, saat itulah toko kaset pita sampai pada titik senjakala. Mulai kembang kempis, tak terkecuali toko kaset Arika. Masyarakat lebih memilih CD bajakan yang harganya lebih murah, atau MP3 yang satu keping bisa berisi ratusan lagu.

Di Pare sendiri sempat sangat menjamur penjual-penjual kepingan-kepingan CD bajakan tersebut. Hampir di tiap-tiap jalan akan kita jumpai gerobak dengan keping-keping CD yang terbungkus kover ditata rapi, di sudutnya ada televisi dan sound-system untuk memutar CD tersebut.

Perkembangan teknologi yang mengarah pada dunia digital semakin memperpuruk dunia kaset, bahkan CD, VCD atau MP3 bajakan. Semua musik bisa diputar langsung melalui gawai atau komputer dalam bentuk file digital. Informasi mengenai hal yang sedang up to date pun bisa kita akses lebih cepat. Kaset pita, tentu juga beserta toko kaset, benar-benar mati.

Meskipun sudah tidak menjual kaset, toko kaset Arika masih ada sampai saat ini. Hanya beberapa keping CD yang dipajang, sekedar untuk pelengkap dan, “untuk pengingat kalau dari kaset inilah saya bisa sampai seperti saat ini” pungkas Pak Sur. Saat ini toko kaset Arika dipegang oleh anaknya yang menjual pernak-pernik, tetapi setiap malam Pak Sur juga berkunjung ke toko, sekedar bersantai dan menikmati romantisme masa lalu.

Pak Sur dengan kepingan menunjujkkan kepingan CD yang tersisa di toko Arika
Pak Sur dengan kepingan menunjujkkan kepingan CD yang tersisa di toko Arika

Toko kaset Arika adalah semacam oase bagi telinga para pecinta musik di Pare dan Kediri saat itu. Bahkan beberapa stasiun radio saat itu juga meminjam beberapa kaset dari toko kaset Arika untuk diputar dan diperdengarkan kepada masyarakat luas. Toko kaset Arika adalah satu dari sekian tempat-tempat legendaris yang menyimpan ribuan kenangan masayarakat Pare.

 

*Ngadimin

Juru Tulis Kabarpare

 

Recommended Articles