Jelajah Eksotisme Arung Kuno di Lereng Utara Kelud 2

Pengunjung menikmati keindahan tebing di dalam Gua Jegles, Desa Keling, Kecamatan Kepung

Sarang Kelelawar Itu Pernah Jadi Pembangkit Listrik

Desa Keling menjadi tujuan kami selanjutnya dalam penjelajahan arung kuno. Mengawali perjalanan, hujan mengguyur deras. Kondisi itu membuat kami bergegas mengenakan jas hujan masing-masing. Hujan reda saat kami mulai memasuki Dusun Jegles, Desa Keling. Masjid kuno bergaya klasik menyambut kami. Letaknya di utara jalan. Tepat disebelah tugu perbatasan Jegles dan Dusun Sumberpancur yang masuk Desa Kepung.

Tujuan pertama adalah Gua Jegles. Lokasinya berada di area Cek Dam Jegles. Dekat dengan jalan utama desa. Dekat juga dengan areal pemakaman umum. Gua ini baru dibuka dua tahun ini. Setelah puluhan tahun tertutup. Sejak tahun 1980-an. Penyebabnya, gua yang dulunya diduga sebuah arung kuno itu dirasa angker.

Meski belum sepenuhnya selesai, gua ini sudah menjadi salah satu spot favorit foto bagi para pesepeda
Meski belum sepenuhnya selesai, gua ini sudah menjadi salah satu spot favorit foto bagi para pesepeda

Menurut cerita warga, dulu di sini menjadi tempat persembunyian warga yg diduga PKI. Itu sekitar tahun 60an. Untuk itulah gua ini juga kerap disebut dengan nama Gua PKI oleh penduduk sekitar.

Di sana kami bertemu puluhan warga yang berkunjung. Selain penasaran dengan gua tersebut, sebagian dari mereka juga akan melakukan Tubing. Permainan susur sungai menggunakan ban. “Assalamu’alaikum. Gus Lurah,” ucap Pak Habib, budayawan Lesbumi Kediri sembari bersalaman dengan Kepala Desa Keling. Gus Rofiq sapaan beliau. Orang nomor wahid di Desa Keling itu menyambut hangat. Mempersilakan kami menjelajahi Gua Jegles.

“Saya malah baru tahu kalau di sini ada gua,” cetus Pak Habib seraya melayangkan pandangannya ke gua yang dimaksud. Tak butuh waktu lama kami langsung memasuki Gua Jegles yang kini bagian atasnya sudah tak beratap lagi. Hanya rerimbunan tanaman menjalar yang menutupi atas gua.

Sementara Mas Novi belum bisa menyebut pasti apakah Gua Jegles dahulu sebuah arung atau bukan. Yang jelas di dalam gua ada sumber mata air. Mengalir ke sungai Kembangan yang ada di bawahnya. Susuan tebing yang eksotis menjadi daya tarik dari gua ini. Suasananya adem. Syahdu juga.

Lokasi bekas pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit listrik ini memiliki peran penting di tahun 1980-an ketika masih jarang aliran listrik masuk desa
Lokasi bekas pembangkit listrik tenaga air. Pembangkit listrik ini memiliki peran penting di tahun 1980-an ketika masih jarang aliran listrik masuk desa

Pada bagian dinding gua, terdapat sejumlah tulisan. Kata-kata dengan huruf latin. “Iki ukiran anyar opo lawas?” tanya Mas Johan, rekan dari Pasak sambil memperhatikan dinding gua yang ada goresan relief tulisan tangan. Dari keterangan warga, itu adalah tulisan warga sekitar. Saat itu sekitar tahun 80-an. Ketika Gua Jegles menjadi salah satu tempat favorit mereka bermain.

Puas melihat Gua Jegles kami berbincang dengan Gus Rofi’. Kepala Desa Keling. Ingin melihat sejumlah arung lain di Dusun Jegles. Beliau mengizinkan. Menyarankan melihat arung di selatan kampung. Lokasinya tak jauh. Sekitar setengah kilometer dari Gua Jegles. Menuju ke sana harus melewati jalur cukup curam. Bahkan Mas Johan pun beberapa kali kepeleset. Dia tak bisa melanjutkan. Tangannya terkilir.

Suasana aliran Sungai Jegles yang begitu asri dan segar. Di sungai ini terdapat 2 arung kuno bekas pembangkit listrik
Suasana aliran Sungai Jegles yang begitu asri dan segar. Di sungai ini terdapat 2 arung kuno bekas pembangkit listrik

Aliran sungai di arung yang kami tuju itu masih sangat jernih. Hingga batuan di dasar sungai tampak jelas. Arung yang kami maksud adalah Gua Lowo. Nama itu yang kerap disebut warga untuk merujuk arung yang dulu sempat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga air itu. Sesuai namanya, kelompok kelelawar sangat banyak. Kondisi dalam gua pengap. Sebenarnya lumayan tinggi, yakni 1,5 meter. Cukup lebar juga, hingga bisa dimasuki 3 orang sekaligus. Lebih lebar dari arung Surowono.

Di sana terdapat arung lain yang jaraknya 200 meter. Ukurannya hampir sama. Arung satu lagi tersebut tak ada hewan nokturnal yang lumayan menakutkan itu. (bersambung)

Recommended Articles